Jangan ditanya, biar waktu yang menjawab semuanya, biar waktu yang membawa cintaku, dan biar Tuhan yang memutuskan.
Sebuah
bentuk pernyataan yang membuat detak jantungku tak teratur, alirah darahku
berdesir kuat, tubuhku kaku, dan mulutku terkunci rapat.
Aku tak
membalas lagi pesan yang dikirimnya itu, karena aku terlelap tidur malam itu.
Dan ketika fajar aku terbangun dan membalasnya.
Aku bukan hendak menanyakan kamauan sang waku, tapi
kemauanmu untuk berusaha, untuk membangun komitmen yang pada Akhirnya Tuhan
yang menentukan.
Dia tak
menjawabnya sama sekali.
Aku
tahu aku tak akan bisa merubah rencana yang Tuhan tetapkan untukku, aku hanya
ingin mengetahui apakah dia serius dengan hubungan ini. Hanya itu saja. Hanya
saja ia tak pernah peduli tentang semua ini.
“kenapa
kamu diam saja.” Ucapnya.
“Aku
tak apa-apa.” Jawabku singkat.
Dia
tidak akan pernah mengerti. Sampai kapanpun wanita memerlukan kepastian.
Kepastian yang membuat dirinya tak meragukan lagi hal yang ia takutkan. Aku tak
ingin terlalu jauh bermimpi tentang semua hal indah yang ingin ku capai
bersamanya tanpa ada sebuah komitmen. Yang pada akhirnya mimpi itu tak akan
menjadi kenyataan.
Entah
mengapa aku tak menyukai ia berkata seperti itu meski kenyataannya benar. Hanya
saja dimataku saat itu ia tak memiliki rencana. Aku rasa wajar saja manusia
memiliki rencana indah, memiliki kemauan tersendiri, jika pada akhirnya