Jangan ditanya, biar waktu yang menjawab semuanya, biar waktu yang membawa cintaku, dan biar Tuhan yang memutuskan.
Sebuah
bentuk pernyataan yang membuat detak jantungku tak teratur, alirah darahku
berdesir kuat, tubuhku kaku, dan mulutku terkunci rapat.
Aku tak
membalas lagi pesan yang dikirimnya itu, karena aku terlelap tidur malam itu.
Dan ketika fajar aku terbangun dan membalasnya.
Aku bukan hendak menanyakan kamauan sang waku, tapi
kemauanmu untuk berusaha, untuk membangun komitmen yang pada Akhirnya Tuhan
yang menentukan.
Dia tak
menjawabnya sama sekali.
Aku
tahu aku tak akan bisa merubah rencana yang Tuhan tetapkan untukku, aku hanya
ingin mengetahui apakah dia serius dengan hubungan ini. Hanya itu saja. Hanya
saja ia tak pernah peduli tentang semua ini.
“kenapa
kamu diam saja.” Ucapnya.
“Aku
tak apa-apa.” Jawabku singkat.
Dia
tidak akan pernah mengerti. Sampai kapanpun wanita memerlukan kepastian.
Kepastian yang membuat dirinya tak meragukan lagi hal yang ia takutkan. Aku tak
ingin terlalu jauh bermimpi tentang semua hal indah yang ingin ku capai
bersamanya tanpa ada sebuah komitmen. Yang pada akhirnya mimpi itu tak akan
menjadi kenyataan.
Entah
mengapa aku tak menyukai ia berkata seperti itu meski kenyataannya benar. Hanya
saja dimataku saat itu ia tak memiliki rencana. Aku rasa wajar saja manusia
memiliki rencana indah, memiliki kemauan tersendiri, jika pada akhirnya
Tuhan menentukan kemauan kita tersebut tidak sesuai dengan ketetapan Tuhan. Setidaknya kita memiliki tujuan hidup, tujuan menentukan sesuatu, usaha keras. Tidak terbawa arus waktu. Tentu waktu akan menjawab semua hal itu tapi setidaknya awalnya kita telah berusaha walau sang waktu tak berpihak. Itu akan sangat berarti dan memberikan kita suatu pengalaman dan pelajaran yang luar biasa.
Tuhan menentukan kemauan kita tersebut tidak sesuai dengan ketetapan Tuhan. Setidaknya kita memiliki tujuan hidup, tujuan menentukan sesuatu, usaha keras. Tidak terbawa arus waktu. Tentu waktu akan menjawab semua hal itu tapi setidaknya awalnya kita telah berusaha walau sang waktu tak berpihak. Itu akan sangat berarti dan memberikan kita suatu pengalaman dan pelajaran yang luar biasa.
“Jangan
pernah takut berkomitmen meski sang waktu tak sejalan dengan komitmenmu. Dengan
begitu engkau akan menjadi tangguh karena disitulah arti kehidupan yang
sesungguhnya.” Bisikku dalam hati.
Apa
yang membuatmu takut? Apakah engkau hanya akan menunggu sang waktu menjawab
tanpa berusaha? Apa aku tak cukup berarti untuk kau usahakan? Ya, aku memang
wanita biasa, kekuranganku terlalu banyak dari apa yang menjadi kelebihanku.
Sehingga kau belum sepenuhnya mengusahakan keberadaanku di sampingmu. Atau
faktor-faktor diluar diriku yang memang kau pertimbangkan keputusan itu.
Jika
kau berpikir aku terlalu banyak bermimpi, ya memang itu kenyataannya, aku
adalah seorang pemimpi dan aku akan meraih mimpi-mimpi itu meski pada akhirnya
Tuhanlah yang menentukan. Tapi setidaknya aku tak takut bermimpi, tak takut
berusaha, dan tak takut berkomitmen. Meski dunia kembali menertawakanku.
Satu
hal yang tak bisa kulakukan memang memaksanya dan hal itu pula yang tak ingin
aku lakukan. Biarlah suatu saat ia yang menyadarinya. Aku hanya berdoa agar ia
dapat mengerti perasaanku ini. Rasa sayang yang selalu aku bawa kemanapun aku
melangkah. Rasa rindu yang tak pernah hilang dari hati. Aku hanya ingin ia tahu
bahwa dirinya begitu berarti bagiku. Atau mungkin ia akan menyadari hal itu
saat aku tak lagi disisinya.
“Dini,
hallo Dini, hey...”
“Oh
iya, kenapa?” Sedikit terkejut.
“Kamu
itu kenapa? Dari tadi melamun terus.” Bertanya heran terhadapku.
“Oh
tidak apa-apa, aku baik-baik saja.” Tersenyum manis.
“Inilah
ukiran seni kehidupan. Kau mungkin takut berusaha dan berkomitmen, tapi jangan
berharap kau menemukan seni di hidupmu yang memberimu pelajaran dan membuatmu
tangguh ketika semua berbeda dengan jawaban sang waktu dan Tuhan.” Berbisik
pelan
“Apa
kau bilang?” Ia bertanya dengan mengernyitkan dahi.
“Oh
tidak, aku tak mengatakan apa-apa.”
“Kau
ini aneh.” Ia menatapku.
“Biarlah
waktu yang akan menjawab.” Aku hanya tersenyum simpul didepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar