Halaman

Rabu, 07 Januari 2015

Perempuan, saat kita menikah nanti………


Teruntuk saya dan seluruh perempuan

Sahabat sekalian berapakah umur kalian saat ini? Apakah telah mencapai umur 20-an?

Konon katanya ketika seorang perempuan telah memasuki umur 20-an pemikirannya akan semakin dewasa, mungkin kalian bisa merasakan perubahan pada diri kalian sendiri, entah itu dari segi pemikiran, perilaku, ataupun tindakan yang dilakukan. Di umur 20-an ini mungkin tidak jarang kerabat sekitar, teman-teman kita, sahabat, telah mendahului kita membangun sebuah rumah tangga, memasuki kehidupan baru yang berbeda dari kehidupan sebelumnya yang kita jalani. Nah bagaimana dengan sahabat sekalian? Apakah seperti yang saya sebutkan tadi telah memasuki kehidupan baru? Atau bahkan sedang sibuk melakukan hal-hal yang membuat kita belum terpikir kesana? Tak apa, tak ada yang salah, di usia itu kita berhak menentukan pilihan karena kita di tuntut untuk dewasa.

Kali ini saya akan membahas bagaimana kita belajar menjadi calon istri dan ibu yang baik. Sebenarnya saya sendiri belum memasuki gerbang rumah tangga, tapi saya ingin sedikit berbagi cerita bagaimana belajar menjadi seorang istri dan ibu.

Tidak masalah ketika kita belum terpikir untuk memasuki kehidupan rumah tangga dengan seorang laki-laki pilihan kita, tapi dalam relung hati kita yang terdalam pasti ingin memiliki seseorang yang bisa menggenapi kehidupan kita, berbagi cerita sampai akhir menutup mata kita. Usia 20-an membuat kita mengerti bagaimana kita merancang masa depan, akan menjadi apa kita ke depan dan apa yang akan kita bawa untuk bekal kehidupan ke depan. Di sadari ataupun tidak, tidak mungkin kita terus tergantung terdahap orang tua kita. Kita di tuntut matang dalam bertindak. Usia 20-an bukan lagi usia dimana kita bersenang-senang atau bermain-main seperti yang kita lakukan di masa sekolah. Usia ini adalah usia dimana kita harus memperbaiki diri, berupaya menjadi manusia yang berguna.

Untuk perempuan, ada istilah setinggi apapun kita berpendidikan ujung-ujungnya hanya akan di rumah mengurusi suami dan anak. Nah loh apa masih ada yang berpikir seperti itu di zaman sekarang? Memang tidak dapat dipungkiri hal itu melekat pada pemikiran yang kolot. Perempuan saya katakan itu istilah yang salah, memang benar kita sebagai perempuan pada akhirnya akan mengurusi suami dan anak kita kelak karena itu kodrat kita yang tidak mungkin dipungkiri, hal tersebut merupakan salah satu kasih sayang yang kita curahkan ketika hidup berumah tangga, tapi harus ditegaskan disini walaupun hal itu pasti terjadi tapi jangan tinggalkan pendidikan, ingatlah pendidikan itu penting, loh kenapa? Jelas karena ketika kita berpendidikan kita dapat mengajarkan sesuatu kepada anak kita kelak, ingatlah anak kita itu berhak mendapat ibu yang cerdas, karena dengan kecerdasan kita, kita akan mendidik mereka. Ingatlah sekolah pertama untuk anak kita adalah kita sendiri.

Dalam usia 20-an seorang perempuan hendaklah belajar memasak, mungkin diantara kita ada yang belum bisa memasak, tidak ada kata terlambat untuk belajar, belajar memasaklah karena saat kita menikah nanti kita dituntut untuk dapat memasak. Memasak menjadikan nilai plus untuk suami kita nanti, bahkan untuk mertua kita, apakah kalian tidak ingin membuatkan masakan enak untuk suami kalian sendiri, hasil tangan kalian. Suami yang baik akan senang memakan masakan kalian walaupun rasanya tidak begitu enak, tapi percayalah suami yang baik akan menghargai setiap apa yang kalian lakukan untuk dirinya. Dan apakah kalian juga tidak ingin memasakkan makanan untuk anak kalian nanti, anak kalian pasti akan bangga karena ibunya dapat memasak. Memasak makanan sendiri juga membuat keuangan kita menjadi lebih hemat, daripada harus makan di luar terus lebih baik memasak karena hasil masakan akan lebih bergizi juga sebab kita sendiri yang memilih bahan-bahan yang digunakan.

Perempuan belajarlah berhemat dan menabung. Mungkin kita dulu tidak begitu mengerti atau bahkan tidak mau tahu bagaimana orang tua kita banting tulang hanya untuk kesejahteraan keluarganya. Saat ini di usia kita belajarlah berhemat dan mulai untuk menabung. Kelak nanti ketika kita berumah tangga uang hasil jerih payah suami kita harus dapat kita kelola dengan baik, kita harus pisahkan mana uang untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan mana untuk ditabung, karena tabungan itu penting untuk kita berjaga-jaga terhadap pengeluaran yang tak terduga. Kita tidak mau kan menghambur-hamburkan uang hasil kerja keras suami kita?

Hal yang paling penting adalah belajar ilmu agama sebaik-baiknya, nah kenapa saya menulis ini di akhir padahal ini adalah hal yang paling utama, karena biasanya kita tidak ingat dengan tulisan-tulisan yang sebelumnya setelah membaca tulisan yang baru. Hehe.. Belajar ilmu agama sangat penting wahai perempuan, lagi-lagi ketika kita punya anak nanti, anak kita berhak mendapat ibu yang sholehah, mengajarinya ilmu agama dengan baik, untuk yang beragama Islam mulailah dengan sering membaca Al-Qur’an, anak kita nanti akan bertindak dengan melihat apa yang kita lakukan dibandingkan dengan apa yang kita nasehati. Ilmu agama adalah pegangan utama apalagi ketika kita menjadi seorang istri kita akan mencintai dan menghormati suami kita  berdasarkan dengan apa yang diajarkan oleh agama kita. Kita dapat menghiasi keluarga kecil kita dengan kehidupan yang harmonis dan berpegang teguh pada ajaran agama, dengan hal tersebut insyaAlloh keluarga kita selalu dilimpahi rahmat-Nya. Menjadi istri yang sholehah juga tidak akan memberatkan suami kita. Jadilah sebaik-baiknya perhiasan dunia.

Mari mulai belajar menjadi seorang calon istri dan ibu yang baik. Apa yang saya paparkan tadi termasuk sedikit dari sekian banyak hal yang penting yang harus kita persiapkan dan hal tersebut merupakan keinginan saya juga serta saat ini saya sadar untuk mulai memperbaiki diri. Ingatlah perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, begitupun sebaliknya. Tidak ada kata terlambat untuk belajar.

Sabtu, 27 Desember 2014

Masa Lalu

Masa Lalu?

Masa lalu..
     Bagaimana kata itu menggelayut dalam pikiran kita, tentu setiap orang memiliki masa lalu. Masa lalu bukan suatu hal yang perlu ditakutkan, ia bernama masa lalu karena memang tempatnya di belakang, tak dapat kembali ke depan, tapi pertanyaannya apa yang bisa kita lakukan dengan masa lalu? Ya kita bisa menengoknya sesekali, tak apa hanya untuk mengambil pelajaran saja atas yang terjadi pada masa itu, bukan untuk tenggelam meratapinya, bawalah pelajaran baiknya dan tinggalkan serta kubur dalam-dalam hal buruknya. Bukankah kita berada pada saat ini untuk menjadi lebih baik dari bagian masa lalu? Maka bergeraklah, jangan terhanyut, jangan diam membisu, jangan berlutut menyerah.
     Hidup kita layaknya buku, jika memang masa lalu kita penuh hal negatif, kita hanya perlu membuka lembaran kertas dalam buku yang masih kosong itu, masih bersih serta belum ternodai, isi lembaran-lembaran itu dengan hal baru yang positif dan bermanfaat karena kita tidak akan pernah tahu sampai kapan kita dapat mengisi tiap lembaran itu dengan kebaikan.

Minggu, 14 September 2014

Cipta puisi

Hallo semua,
Ketemu lagi nih, setelah lama tak pernah muncul.
Terima kasih kepada teman-teman yang selalu setia membaca postingan saya. Kali ini saya akan memposting sebuah karya yang saya buat. Alhamdulillah karya ini mendapat juara 3 dalam perlombaan SPAI Awards di Universitas Pendidikan Indonesia April 2014 lalu.

            Tertulis dengan indah

Rintikan hujan menyibak daun-daun
Menorehkan hitam di atas hamparan putih
Catatan-catatan penuh pengharapan
Perjuangan besar meniti arus kehidupan
Kulangkahkan kaki penuh gairah

Katakan aku memang sang pejuang
Berpeluh keringat meraih cita
Ya, aku sang sarjana pendidikan
Begitu mereka memanggilku dengan lantang
Kulangkahkan kaki menuju gerbang kehidupan
Mendidik tunas-tunas bangsa yang bermekaran
Itu bukan hanya sebuah pekerjaan tapi kebahagiaan

Satu sisi kehidupan telah kujalani
satu sisi lain kurindukan kehangatan
Kerindukan yang Allah janjikan
Agar setiap insan berpasangan
Kerinduan menyempurnakan separuh agama
Mungkin Allah masih menyimpannya
Atau mungkib insan ini kurang berjuang

Kuselipkan namanya dalam setiap doa
Ku jaga hatiku hingga saatnya tiba
Meski jalan panjang menghampar di depan mata
Kujejaki walau berliku untuk menemukannya
Yang Allah takdirkan untukku dalam doaku

Sebuah tinta ku goreskan perlahan
Menyapu bagian kata menjadi kalimat
Ku tuliskan sajak sederhana untuknya
Tanpa pemilik nama ataupun alamat
Kutitipkan benih kasihku pada-Nya
Biarkan jalan takdir menjemput kita

Senin, 26 Agustus 2013

Separuh Hati yang Bening


Kisah cinta itu tidak selamanya seperti kebanyakan yang terjadi di dalam cerpen atau novel. Meski mungkin ada beberapa orang yang kisah cintanya mirip dengan cerita novel atau cerpen yang sering kita baca.

Siapa yang tidak menginginkan kisah perjalanan cintanya berakhir bahagia? Tentunya itu adalah impian setiap orang, apalagi wanita seperti aku. Perjalanan cintaku dimulai ketika aku berkenalan dengan seseorang di jejaring sosial. Saat itu aku masih memiliki pacar dan hubungan kami katakanlah hubungan jarak jauh karena aku melanjutkan untuk kuliah sedangkan dia memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu sebelum melanjutkan kuliah.

“Kamu habis telponan ya sama mantanmu?” tanyaku padanya di telpon
“iya.” Jawabnya ketus
“Pantas telponku tak di angkat.” Jawabku singkat
“Sudahlah aku ngantuk, cape, mau tidur.” Ia langsung mengakhiri telponnya.

Saat itu hubunganaku dan pacarku sudah di persimpangan jalan, dan hampir memutuskan untuk berjalan di jalan yang berbeda. Saat itu aku berkenalan dengan Rian di facebook. Entah apa yang merasuki pikiranku, aku memberikan nomor handphone ku padanya, aku berpikir aku butuh seorang teman di saat seperti ini, tapi entah mengapa yang aku pilih adalah Rian. Entah karena Rian datang sendiri kepadaku atau entah apa alasannya aku tidak mengerti sampai aku seperti ini, karena aku tahu aku tak semudah ini menanggapi orang asing.

Dua hari setelah aku mengenal Rian, kami tidak lagi saling melakukan komunikasi, tapi seminggu kemudian pacarku akhirnya memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Bisa dirasakan bagaimana perasaan kita ketika kita mulai mencintai seseorang tapi seseorang itu pergi meninggalkan kita dengan alasan yang tidak masuk akal. Tak ada hal yang bisa aku lakukan. Dengan berat hati aku menerima keputusannya.

Setelah itu aku dekat lagi dengan Rian, secara jelasnya aku lupa, tapi disitulah aku mengenal Rian, mengenal sosoknya, tapi baru seminggu aku mengenalnya, dia mengajakku bertemu. Singkat saja, di depan laundry di pinggir gang kecil dekat kostn ku. Aku bertemu dia. Dia memarkirkan motornya di depan laundry tersebut, turun, lalu membuka helmnya.
“Rian ya?” sapaku
“Nida ya?” balasnya
Kami saling tersenyum malu lalu aku mengajaknya untuk mengobrol saja di kostnku karena tidak enak jika mengobrol di jalanan. Dia datang ke kostnku bersama dua temannya, begitupun aku bersama kedua sahabatku yang sedang menginap di kostnku.

Keesokan harinya dia mengajakku bertemu lagi, aku mengiyakannya. Disitulah dia menyatakan perasaannya padaku. Apakah ini sebuah lelucon atau apa. Baru saja semalam bertemu, keesokan harinya, tepatnya di sore hari dia mengungkapkan perasaan cintanya padaku. Dia membawa bunga mawar putih berserta kertas hijau, sebenarnya sebelum dia datang ke kostnku, aku meminta tolong padanya untuk membelikan kertas hijau untuk keperluan ospek karena tidak ada di sekitar kostnku.

Rian itu begitu romantis, bayangkan saja dia mengungkapkan perasaannya padaku dengan membawa setangkai mawar putih di sore hari diiringi rintik-rintik hujan di depan kostnku. Tidak bisa aku bayangkan apakah saat itu ada orang yang melihatku bersama Rian atau tidak. Tapi Rian juga menurutku orang yang terlalu cepat mengambil keputusan, ia bahkan tidak mengenalku sama sekali dan baru bertemu, belum mengetahui bagaimana sosok diriku dan berani ingin memiliki hatiku ini, dan sepertinya aku harus mengatakan hal itu pada diriku sendiri, akupun menerimanya tanpa berpikir panjang lebar. Tapi saat itu harus aku akui ada sedikit perasaan senang karena baru kali ini aku mendapatkan bunga dari laki-laki dan diperlakukan begitu romantis.

Akhirnya aku berjalan dengannya, sehari, seminggu, tapi perasaan cinta itu belum juga muncul dihatiku. Apalagi baru beberapa minggu mantannya sudah menghubungiku berbicara segala hal tentang mereka, membuat aku semakin ragu dengan Rian. Harus aku akui bahwa aku belum siap menerima cinta yang baru. Aku belum siap menerima Rian, aku takut, bahkan teramat takut. Aku memang kejam, menerima Rian tanpa memiliki perasaan apapun padanya, tapi Rian terlihat begitu mencintaiku, usaha dia untuk mengembalikan senyumku, menghiburku, dan meyakinkan aku.
Saat itu aku sedang telponan dengannya dan aku memberanikan untuk mengungkapkan sesuatu padanya.
“Rian maafkan aku ya.” Ucapku
“Maaf kenapa?” Tanya Rian heran.
“Aku belum bisa mencintaimu Rian, tapi aku tak mau kehilanganmu.” Kata-kata itu mengalir begitu saja dari bibirku.
Ia lalu diam sejenak dan berkata “Tak apa-apa aku juga belum bisa melupakan mantanku”

Disitulah jantungku serasa ingin berhenti. Entah apa yang terjadi terhadap perasaanku, aku tak suka mendengar kata-kata itu darinya. Apa aku mulai jatuh cinta padanya? Aku merasa bahwa Rian memiliki persamaan sepertiku, tapi mengapa Rian mengambil resiko untuk memiliki hatiku, ketika ia masih menyimpan wanita lain dihatinya. Lagi-lagi petanyaan yang muncul dibenakku itu seolah mencerminkan diriku sendiri.

Seminggu setelah liburan semester aku bertemu kembali dengannya, hubungan kami baik-baik saja, dan aku mulai sedikit-sedikit mengenal Rian begitupun dengan Rian mulai mengenal sosokku seperti apa. Saat itulah mantan Rian kembali menghubungiku.
“Aku tahu siapa Rian dan aku tahu semua tentang dia, dan aku tahu posisiku di hatinya. Terima kasih telah menjaga dia untukku.” Itu message yang dikirimnya untukku.
Perasaanku sedikit terkoyak saat itu. Baru saja aku putus dengan mantanku, belum sembuh hati yang telah hancur ini, kini mantannya Rian yang membuat aku kembali tak mempercayai Rian. Aku semakin takut Rian hanya mempermainkan perasaanku. Dan disaat itu aku berpikir untuk mencoba mengakhiri semuanya dengan Rian, sebelum melangkah semakin jauh. Tapi saat itu ketika aku berbicara dengan Rian dari hati ke hati mengenai mantannya, Rian meyakinkan aku bahwa tidak ada lagi hubungan dengannya, saat itu Rian mengatakan masih menyimpan mantannya dihati, itu pun hanya sebuah tanggapan Rian karena kecewa atas pernyataanku, penjelasannya seperti itu, bahkan entah mengapa saat itu aku menangis karena terbayang teramat sakit perasaan yang telah hancur karena mantanku di tambah dengan diriku yang plin-plan terhadap Rian. Tapi Rian menghapus air mataku itu dengan sapu tangannya, dia terus meyakinkan aku, dan dia mengeluarkan dompetnya dan menyobek foto mantannya di depanku. Aku masih tak percaya Rian melakukan itu karena benar ingin meyakinkan aku atas cintanya padaku atau hanya ingin membuat hatiku tenang saja.

Setiap hari Rian semakin menunjukan bahwa dia mencintaiku dengan tulus, ingin menjalin hubungan serius denganku, dan membuat cerita indah baru bersamaku, entah apa yang terjadi setelah kejadian tentang aku, Rian, dan mantannya, akupun lebih takut kehilangan Rian, aku ingin Rian ada bersamaku, menemaniku, menyayangiku dengan tulus. Dan dialah yang setiap hari mengembalikan dan menyusun potongan-potongan puzzle hatiku yang telah hancur dan berserakan ini. Dia memberiku cinta yang tak pernah aku dapat sebelumnya, dia membuatku merasa berarti, membuatku kembali tersenyum, membuatku menjadi diriku sendiri ketika bersamanya. Kesabarannya, kasih sayangnya, pengorbanannya yang telah ia lakukan membuatku menyisihkan luka-luka lama dan membuka hatiku untuk ditempati Rian. Kini separuh hatiku disempurnakan oleh separuh hati lagi yang begitu bening dan dia adalah Rian. Kami pun berjanji untuk saling menjaga hati ini satu sama lain meski jalan didepan sana akan lebih sulit lagi untuk dilewati. Aku sadar bahwa aku telah mencintainya.

Kejadian dan apa yang telah aku lewati membuat aku mengerti bahwa sesakit apapun cinta yang pernah kita alami jangan takut untuk melepaskannya karena akan ada pengganti yang lebih baik lagi dan jangan takut untuk membuka hati kita untuk ditempati oleh hati yang baru meski semua itu memerlukan waktu yang lama.

Selasa, 05 Maret 2013

Ukiran Seni Kehidupan


Jangan ditanya, biar waktu yang menjawab semuanya, biar waktu yang membawa cintaku, dan biar Tuhan yang memutuskan.
 
Sebuah bentuk pernyataan yang membuat detak jantungku tak teratur, alirah darahku berdesir kuat, tubuhku kaku, dan mulutku terkunci rapat.
Aku tak membalas lagi pesan yang dikirimnya itu, karena aku terlelap tidur malam itu. Dan ketika fajar aku terbangun dan membalasnya.
Aku bukan hendak menanyakan kamauan sang waku, tapi kemauanmu untuk berusaha, untuk membangun komitmen yang pada Akhirnya Tuhan yang menentukan.
Dia tak menjawabnya sama sekali.
Aku tahu aku tak akan bisa merubah rencana yang Tuhan tetapkan untukku, aku hanya ingin mengetahui apakah dia serius dengan hubungan ini. Hanya itu saja. Hanya saja ia tak pernah peduli tentang semua ini.
“kenapa kamu diam saja.” Ucapnya.
“Aku tak apa-apa.” Jawabku singkat.
Dia tidak akan pernah mengerti. Sampai kapanpun wanita memerlukan kepastian. Kepastian yang membuat dirinya tak meragukan lagi hal yang ia takutkan. Aku tak ingin terlalu jauh bermimpi tentang semua hal indah yang ingin ku capai bersamanya tanpa ada sebuah komitmen. Yang pada akhirnya mimpi itu tak akan menjadi kenyataan.
Entah mengapa aku tak menyukai ia berkata seperti itu meski kenyataannya benar. Hanya saja dimataku saat itu ia tak memiliki rencana. Aku rasa wajar saja manusia memiliki rencana indah, memiliki kemauan tersendiri, jika pada akhirnya

Rabu, 09 Januari 2013

Goresan Abstrak


Senja yang ditemani hujan rintik-rintik itu menemani kesunyian hatiku, senja di sore itu memang terlihat indah ketika di pandang, tapi entah mengapa aku mengurungkan niat untuk menyapanya.
Mataku tertuju tepat di pojok kamarku. Lagi-lagi aku membaca isi surat itu, surat yang selalu kusimpan rapi di meja belajar di pojok kamar, tepatnya di tumpukkan coretan-coretan yang tidak terlalu penting. Sengaja aku menyimpannya disitu karena aku tak ingin ada seorangpun yang mengetahuinya.
Setiap kali aku membacanya, jutaan tanda tanya bersemayam di benakku, ribuan pedang merobek perasaanku, imajinasi-imajinasiku seperti gelembung yang beterbangan ke langit dan tanpa tujuan pasti.
Selintas bayangan itu singgah.
“Ya ampun kamar ko berantakan gini.” Ucapku sambil melihat ke seluruh penjuru kamarnya.
“Hehehehe, belum sempat aku beresin, tadinya mau aku beresin sebelum kamu kesini, eh tau-taunya udah datang duluan.” Jawab Erga.
Melihat kamarnya yang seperti puing-puing kapal yang hancur dan terdampar berserakan dimana-mana, tentunya aku sebagai wanita tidak tinggal diam begitu saja. Apalagi sampah bekas makanan ringan yang ia simpan di belakang pintu kamar, di tambah lagi baju kotor yang membuat kamarnya menimbulkan bau tak sedap.
“Aku beresin ya kamarnya.” Kataku sambil mencari-cari sapu.
“Wah seriusan? Asik, itu di belakang pintu.” Sambil mengambilkannya.
“Vin tapi aku mandi dulu ya, nanti habis mandi aku bantuin juga.”
“Iya, cepet ya.”
Aku mulai membereskan kamar itu dengan merapikan tempat tidurnya, membereskan bajunya dimulai dari memisahkan baju yang kotor dengan

Selasa, 18 Desember 2012

Di Balik Arti Merpati Putih


Pernahkan sahabat melihat burung merpati putih?
Ada istilah yang mengatakan “Merpati itu tak pernah ingkar janji”
Jadilah seperti merpati putih sahabatku,
Tahukan mengapa harus seperti itu?
Karena,,,,,,
Merpati putih itu burung yang tidak akan pernah mendua. Tidak percaya? Coba sahabatku perhatikan, apakah ada merpati sering